Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Istilah personality berasal dari kata latin “persona” yang
berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh
pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku,
watak, atau pribadi seseorang.
Definisi kepribadian berdasarkan para ahli psikologi yaitu :
1. Gordon Allport
menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek
psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses.
Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit
Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami
perubahan.
2. Menurut Agus Sujanto dan yang lainnya, menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak dalam tingkah lakunya yang unik.
3. Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim adalah sifat dan
tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain,
integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat,
pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku)
yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan
penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan
tampak dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.
Kepribadian mempunyai 2 faktor pembentuk kepribadian diantaranya yaitu:
1.Faktor Keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik,
bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat
energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya
dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh
siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis,
psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang
berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa
faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian
seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku
dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar
yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan
kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan
dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti
menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan
agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini
mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari
kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan
dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih
dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan
dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk
hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang
signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor
genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan
tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain,
kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga
yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan
kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya
yang dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan
karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan;
norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh
lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki
peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya
membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya
waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur
mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya,
orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan,
kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam
dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman,
sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila
dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang
menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta
memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.
Setiap individu mempunyai ciri-ciri dari kepribadian tersendiri, mulai dari
yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat.
Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri
kepribadian yang sehat dan tidak sehat, dianataranya sebagai berikut :
Kepribadian yang sehat
- Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa
adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya.
- Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi
atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima
secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu
yang sempurna.
- Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat
menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional,
tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex,
apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika
mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi
dengan sikap optimistik.
- Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap
kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
- Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan
bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri
serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
- Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat
menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau
konstruktif , tidak destruktif (merusak)
- Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap
aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang
(rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai
tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan
keterampilan.
- Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap
orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah
lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan
menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap
orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban
orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
- Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan
memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
- Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
- Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
Kepribadian yang tidak sehat
- Mudah marah (tersinggung)
- Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
- Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
- Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
- Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
- Kebiasaan berbohong
- Hiperaktif
- Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
- Senang mengkritik/mencemooh orang lain
- Sulit tidur
- Kurang memiliki rasa tanggung jawab
- Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
- Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
- Pesimis dalam menghadapi kehidupan
- Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.
Beberapa keterangan diatas diambil dari sumber-sumber berikut:
- http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian
- http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepribadian/
- http://duniabaca.com/teori-kepribadian-serta-faktor-faktor-pembentuk-kepribadian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar